Indonesia yang memiliki cadangan nikel cukup besar memang memiliki peranan penting dalam supply nikel dunia. Kebijakan larangan ekspor nikel yang dipercepat dua tahun lebih awal yang seharusnya pada tahun 2022 menjadi tahun 2020 membuat Uni Eropa ketar-ketir hingga melaporkan Indonesia ke WTO.
Nikel tampaknya akan menjadi primadona komoditas tambang dalam beberapa tahun ke depan. Pengembangan kendaraan listrik yang sedang bergeliat membuat nikel sebagai bahan baku komponen baterai akan melejit. Selain itu, industri baja juga tidak terlepas dari peran nikel sebagai bahan baku.
Wacana hilirisasi produk komoditas Indonesia sudah lama digaungkan, terutama nikel. Pelarangan ekspor nikel kadar rendah yang dipercepat adalah bagian dari rencana pemerintah untuk menarik investasi. Dengan adanya pelarangan tersebut, maka diharapkan pelaku industri hilir akan merelokasi operasional ke Indonesia.
Penjajakan investasi baru sedang dilakukan untuk pembuatan baterai lithium dengan menggunakan teknologi HPAL (high pressure acid leaching).
Saat ini pengoperasian industri bahan baku baterai mobil listrik pertama tengah dibangun di Maluku Utara (Malut) tepatnya di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel). Industri yang sedang dibangun Harita Nickel itu, direncanakan mulai berproduksi pada akhir 2020.
Kepala Dinas Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM), Hasyim Daeng Barang mengatakan teknologi pengolahan dan pemurnian mineral dengan proses hidrometalurgi akan sangat menguntungkan dalam konservasi sumber daya alam, khususnya nikel.
Selama ini, smelter yang ada di Indonesia menyerap nikel kadar tinggi 1,7 ke atas. Sedangkan proses hidrometalurgi yang dikembangkan oleh Harita di Obi, menggunakan nikel kadar rendah di bawah 1,7.
“Nikel kadar rendah yang selama ini terbuang atau tidak terpakai, akan memiliki nilai ekonomis sebagai bahan baku dari pabrik pengolahan dan pemurnian baru ini. Teknologi yang ramah lingkungan ini mengolah bahan tidak terpakai menjadi bahan baku baterai listrik yang bernilai tinggi ke depannya. Cadangan nikel kadar rendah sangat banyak di Indonesia termasuk di Malut. Ini kesempatan besar buat Indonesia menjadi pemain dunia batu baterai mobil listrik,” kata Hasyim .
Dengan pengoptimalan nilai tambah produk nikel melalui hilirisasi diharapkan dapat berdampak positif juga terhadap neraca perdagangan Indonesia.
–
Sumber: duniatambang.com