Industri,  Pertambangan

IPO Harita Nickel (NCKL) Oversubscribe, Pasang Harga di Batas Atas Rp1.250?

Bisnis.com, JAKARTA – Calon emiten Grup Harita, PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) atau Harita Nickel dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk menetapkan harga penawaran umum saham perdana atau IPO di batas atas kisaran harga yang dipasarkan.

Dilansir dari Bloomberg, perusahaan milik crazy rich Lim Hariyanto Wijaya ini condong ke harga Rp1.250 per saham. Menurut sumber Bloomberg, pertimbangan tersebut muncul karena terjadinya oversubscribe terhadap saham NCKL. Diskusi tengah berlangsung dan belum ada keputusan akhir yang dibuat.

Sebagaimana diketahui, NCKL akan melepas sebanyak 8,1 miliar saham dengan harga Rp1.220 hingga Rp1.250 per saham. Jika harga IPO berada di atas kisaran, maka perusahaan akan mampu mengumpulkan sebanyak Rp10,1 triliun atau setara US$660 juta dari dana IPO. 

Jumlah tersebut melampaui capaian IPO PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) sebagai IPO terbesar di Indonesia tahun ini senilai Rp9,06 triliun. Adapun NCKL akan menetapkan harga penawarannya pada hari Jumat (24/3/2023).

Sebagaimana tertuang dalam prospektus, Trimegah Bangun Persada bisa menawarkan maksimal 12,09 miliar saham atau setara 18 persen. Dengan nilai nominal saham Rp100 dan harga penawaran di kisaran Rp1.220 sampai dengan Rp1.250, IPO NCKL bisa menembus Rp15,11 triliun.

“Dalam permohonan kami ke Otoritas Jasa Keuangan, kami bisa menawarkan sebanyak-banyaknya 18 persen. Namun itu maksimal. Yang sudah kami alokasikan sesuai kebutuhan perusahaan adalah di Rp9,7 triliun dananya atau US$650 juta. Kemungkinan yang kami tawarkan 12—13 persen atau tidak sampai jumlah maksimal 12,09 miliar saham,” kata Direktur Trimegah Bangun Persada Suparsin Darmo Liwan dalam konferensi pers, Jumat (17/3/2023).

NCKL rencananya akan menggunakan 27,53 persen dari dana IPO untuk membayar utang. Kemudian 2,12 persen untuk belanja modal atau capital expenditure (capex), 32,27 persen untuk setoran modal dan pinjaman ke entitas anak dan asosiasi, dan 38,08 persen untuk modal kerja.

Sumber: Bisnis.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *