Pertambangan

Hilirisasi Nikel dan Kobalt Jadi Andalan

Pemerintah mengandalkan pengolahan nikel dan kobalt untuk menjadi barang tambang yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi Indonesia di masa mendatang.

Dua barang mineral tambang itu dibutuhkan sebagai raw material dalam produksi baterai lithium yang permintaannya akan meningkat seiring dengan pengembangan kendaraan listrik di dunia.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia punya potensi besar dalam hal pengembangan baterai lithium karena Indonesia kaya akan nikel dan kobalt sebagai bahan utama baterai tersebut.

“Dari studi McKenzie, Filipina itu nomor dua untuk sumber nikel ore dan itu akan habis dalam dua tahun ke depan. Indonesia jadi pilihan dan negara lain akan bergantung ke kita. Oleh karena itu, kita sedang mengembangkan teknologi ini dan hilirisasi nikel memang jadi fokus utama kita sekarang,” ungkapnya dalam video conference, kemarin.

Pengolahan bijih nikel dikatakan akan memberikan nilai tambah secara signifikan. Luhut memberikan contoh pada 2018 Indonesia mengekspor bijih nikel dan mampu mendapat nilai tambah sebesar US$ 612 juta.

Jika diproses menjadi stainless steel slab akan memberikan nilai tambah 10 kali lipat menjadi US$6,24 miliar. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, saat ini Indonesia memiliki potensi bijih nikel dengan total sumber daya 6,5 miliar ton dan total cadangan (terkira, terbukti) 3,1 miliar ton.

“Kita itu pengekspor raw material terbesar di Asia, tapi kita tidak mampu memproses bijih nikel ini. Nah kita mau punya nilai tambah. Tidak ada lagi investasi yang masuk Indonesia hanya cangkul-cangkul, harus ada nilai tambah,” tandasnya.

Maka dari itu, Luhut menegaskan, dalam tahun ini Indonesia ditargetkan dapat melakukan hilirisasi nikel dan kobalt yang banyak ditemukan di Sulawesi dan Bila PSBB Maluku.

Seperti yang sudah diketahui, pemerintah Indonesia sedang menyiapkan 89 Proyek Strategis Nasional (NSP) baru senilai Rp1,422 triliun (US $ 94,8 miliar) sepanjang tahun 2020 – 2024, kata menteri senior. Diantaranya, adalah proyek drone yang akan dikembangkan oleh perusahaan negara, jembatan, bandara, zona industri, irigasi, bendungan, tanggul laut, sawah, proyek biofuel dan garam.

Dimana usulan pertama dari proyek ini adalah Kawasan Industri Pulau Obi yang dijalankan oleh Harita Group, tambahnya. Proyek smelter saat ini sedang dalam tahap 2, dimana pada fase 1 proyek smelter telah beroperasi sejak 2016.

Sumber: Lampost

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *